Terakhir kali menulis di blog ini, adalah di hari terakhir 2020. Tahun yang cukup mencengangkan. 2021? Ternyata lebih dari itu.
Singkat cerita, Kallan lahir di bulan Maret. Sebuah titik kehidupan yang tidak bisa diutarakan bahagianya. April, tepat di ulang tahunku yang ke-26, aku bergabung bersama Blibli, yang sudah menjadi salah satu incaran sebelumnya. Mei, papah meninggal dunia tanpa ada sakit panjang.
Awalnya kupikir 2020 adalah salah satu turning point yang akan sangat membekas. Tapi ceritanya bertekuk lutut di hadapan 2021 yang sangat hebat.
Aku pernah menulis bahwa aku ingin diriku di tahun 2011, entah kenapa di situ adalah salah satu diriku yang paling memenuhi potensialnya. Punya daya juang dan saing yang tinggi, terasa cemerlang, pejal, berlari di batas terluar. Dan tanpa disadari 2011 telah terlewat satu dekade lalu.
Dahulu, dunia terasa dalam genggaman. Sekarang terbentur dengan realita di mana kita sadar kita bukanlah si spesial. Dahulu kita memimpikan apa yang sudah bisa kita dapatkan di 10 tahun mendatang, hingga harinya tiba ternyata kita masih ketakutan akan apa yang bisa kita dapatkan esok.
Hidup sangat misterius. Apa yang telah kita rencanakan bertahun ke depan bisa sirna karena kita tak punya sisa usia. Jika rencana yang indah pun dapat hilang begitu saja di sore hari, lantas, apakah layak hari ini direnggut oleh ketakutan atas ketidakpastian di masa depan?