Sekarang, di Twitter, tak peduli tweet-nya tentang apa, asal punya engagement yang tinggi, bakal bermunculan akun-akun jualan layanan streaming, tentu saja paling banter adalah Netflix dan Spotify. Tak percaya? Cukup pancing saja dengan tweet yang kubuat:

Dalam hitungan detik, sudah ada 2 balasan dari akun-akun penjual tersebut dan tidak hanya jumlah reply yang terlihat di atas, beberapa juga mengirim pesan via direct message yang cukup bikin geleng-geleng kepala.
Paham, kok banyak yang pakai jasa tersebut karena kesulitan dalam melakukan pembayaran karena harus menggunakan kartu kredit. Tapi, jika diperhatikan penjual tersebut juga bukan menjual ‘jasa’ pembayaran, tapi harga yang ditawarkan jauh di bawah harga yang wajar. Entah seperti apa sistem di belakangnya, yang jelas kuyakin itu bukan sesuatu yang seharusnya.
Masalahnya, dari konsumen pun masih banyak yang memilih cara tersebut karena lebih murah, bahkan jika bisa gratis, banyak kok yang bakal milih gratis, seperti halnya ada Spotify apk mod yang bisa menikmati fitur premium secara legal.
Apa aku pernah menikmati konten-konten seperti film atau musik secara ilegal? Oh ya jelas pernah. Siapa sih pada tahun 2000-an yang tidak mengunduh lagu-lagu format MP3 dari Stafaband, 4shared, dll?
Masalahnya ada dua jenis orang yang melakukan tersebut. Persamaannya, mereka melakukan itu karena memang tidak punya uang, punya uang pun mungkin kesulitan untuk akses prosedur pembayarannya, dll.
Bedanya, satu kelompok pada akhirnya akan mengeluarkan uang ketika mereka sudah mampu membeli. Sisanya, ya mentalnya tetap gratisan. Orang di kelompok pertama, bakal merasa senang ketika bisa beli album fisik band favoritnya, beli tiket untuk nonton film aktor kesukaan, atau beli layanan streaming. Akhirnya yang mereka selalu pikir ketika masih jadi anak sekolahan ‘nanti kalau udah punya uang bakal beli dari hasil kerja sendiri’ itu tercapai. Ada opsi untuk dapat akses gratis pun mereka tetap akan membeli dengan cara yang legal karena ada kepuasan tersendiri bisa apresiasi karya yang mereka ingin nikmati.
Nah, apa kabar dengan orang dalam kelompok yang satunya? Yaaaa seperti tweet balasan yang pernah kudapat ini:

Memang bikin kesel. Dan banyak kok orang-orang bermental seperti ini. Biasanya termasuk orang-orang yang kalau pakai jasa teman akan minta ‘harga teman’ yang minta murahnya gila-gilaan.
Jadi, tak selalu pengguna cara ilegal itu punya masalah di keuangan. Sebagian dari mereka bahkan mungkin sangat mampu, tapi mentalnya saja yang selalu ingin gratisan.
Mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa jadi seniman, musisi, pelukis, dll punya pandangan yang kurang baik ya padahal gara-gara mental masyarakatnya itu sendiri yang tidak bisa mengapresiasi suatu karya.
Jadi, menurut kamu, bagaimana untuk mengedukasi masyarakat agar mempunyai mental mengapresiasi yang lebih baik?