Alhamdulillah, masih bisa dipertemukan dengan Idul Adha tahun ini. Walau perjuangan pulang ke Sumedang membutuhkan perjuangan nyang lebih, setidaknya hari raya masih dapat dirayakan di tempat paling aman dan dekat dengan keluarga.
Ada yang berbeda dari shalat ied kali ini. Waga di lingkunganku mengadakan shalat di dalam masjid yang sedang direnovasi. Jumlah jamaah pun tentu tak sebanyak shalat ied saat Idul Fitri. Karena momen Idul Adha mungkin tak menjadi momen untuk pulang kampung bagi penduduk kota seperti Idul Fitri.
Dan tentu saja yang berbeda adalah air mata. Seusai shalat ied, biasanya di lingkunganku dilanjutkan dengan salam-salaman semua jamaah. Jika momennya Idul Fitri, jangan ditanya berapa orang yang menangis. Sebagian besar jamaah menangis karena momen lebaran yang selalu dikaitkan dengan momen untuk maaf-maafan. Berbeda dengan Idul Adha yang semuanya nampak tersenyum.
Idul Fitri >? Idul Adha
Jadi terlintas perkataan guruku yang mengatakan bahwa Idul Adha itu sebenarnya lebih besar dari Idul Fitri. Namun terasa ‘kalah’ karena Idul Fitri harus melewati puasa satu bulan penuh dan dikaitkan dengan momen maaf-maafan. Padahal momen Idul Adha lebih besar karena juga memperingati sejarah Nabi Ibrahim AS.
Bagaimanapun pandangannya, Idul Adha maupun Idul Fitri merupakan hari besar bagi Muslim dan kita patut untuk bahagia jika masih diberi kesempatan untuk bertemu dengannya.